Menganalisis Unsur Intrinsik Cerpen
Dalam bab ini Anda akan berlatih menganalisis unsur intrinsik cerpen lalu mengubungkannya dengan realitas sosial. Anda dapat menemukannya dalam cerpen-cerpen bertema sosial. Dengan demikian, diharapkan kemampuan Anda dalam memahami cerpen akan bertambah.
Upaya memahami karya sastra dapat dilakukan dengan menganalisis unsur-unsur dalam (intrinsik). Unsur-unsur dalam sebuah karya sastra memiliki keterkaitan satu dengan lainnya. Berikut ini unsur-unsur intrinsik yang ada dalam karya sastra.
1.Tema
Tema dapat kita peroleh setelah kita membaca secara menyeluruh (close reading) isi cerita.Tema yang diangkat biasanya sesuai dengan amanat/pesan yang hendak disampaikan oleh pengarangnya. Tema menyangkut ide cerita. Tema menyangkut keseluruhan isi cerita yang tersirat dalam cerpen. Tema dalam cerpen dapat mengangkat masalah persahabatan, cinta kasih, permusuhan, dan lain-lain. Hal yang pokok adalah tema berhubungan dengan sikap dan pengamatan pengarang terhadap ke-hidupan. Pengarang menyatakan idenya dalam unsur keseluruhan cerita.
2.Jalan Cerita dan Alur
Alur tersembunyi di balik jalan cerita. Alur merupakan bagian rangkaian perjalanan cerita yang tidak tampak. Jalan cerita dikuatkan dengan hadirnya alur. Sehubungan dengan naik turunnya jalan cerita karena adanya sebab akibat, dapat dikatakan pula alur dan jalan cerita dapat lahir karena adanya konflik. Konflik tidak harus selalu berisikan pertentangan antara orang per orang. Konflik dapat hadir dalam diri sang tokoh dengan dirinya maupun dengan lingkungan di sekitarnya.
Hal yang menggerakkan kejadian cerita adalah plot. Suatu kejadian baru dapat disebut cerita kalau di dalamnya ada perkembangan kejadian. Dan suatu kejadian berkembang kalau ada yang menyebabkan terjadinya perkembangan konflik.
Adapun kehadiran konlik harus ada sebabnya. Secara sederhana, konflik lahir dari mulai pengenalan hingga penyelesaian konflik. Untuk lebih jelasnya, urutan tingkatan konflik adalah sebagai berikut.
Pengenalan konflik > Timbul permasalahan > Permasalahan memuncak > Permasalahan mereda > Penyelesaian masalah.
3.Tokoh dan Perwatakan
Cara tokoh dalam menghadapi masalah maupun kejadian tentunya berbeda-beda. Hal ini disebabkan perbedaan latar belakang (pengalaman hidup) mereka. Dengan menggambarkan secara khusus bagaimana suasana hati tokoh, kita lebih banyak diberi tahu latar be-lakang kepribadiannya. Penulis yang berhasil menghidupkan watak tokoh-tokoh ceritanya berarti berhasil pula dalam menghidupkan tokoh. Dalam perwatakan tokoh dapat diamati dari hal-hal berikut:
a. apa yang diperbuat oleh para tokoh;
b. melalui ucapan-ucapan tokoh;
c. melalui penggambaran fisik tokoh;
d. melalui pikiran-pikirannya;
e. melalui penerangan langsung.
4. Latar(Setting)
Latar (setting) merupakan salah satu bagian cerpen yang dianggap penting sebagai penggerak cerita. Setting mempengaruhi unsur lain, se-misal tema atau penokohan. Setting tidak hanya menyangkut lokasi di mana para pelaku cerita terlibat dalam sebuah kejadian.
Adapun penggolongan setting dapat dikelompokkan dalam setting tempat, setting waktu, dan setting sosial.
5.Sudut Pandang (Point of View)
Point of view berhubungan dengan siapakah yang menceritakan kisah dalam cerpen? Cara yang dipilih oleh pengarang akan menentukan sekali gaya dan corak cerita. Hal ini dikarenakan watak dan pribadi si pencerita (pengarang) akan banyak menentukan cerita yang dituturkan pada pembaca.
Adapun sudut pandang pengarang sendiri empat macam, yakni sebagai berikut.
a.Objective point of view
Dalam teknik ini, pengarang hanya menceritakan apa yang terjadi, seperti Anda melihat film dalam televisi. Para tokoh hadir dengan karakter masing-masing. Pengarang sama sekali tidak mau masuk ke dalam pikiran para pelaku.
b.Omniscient point of view
Dalam teknik ini, pengarang bertindak sebagai pencipta segalanya. Ia tahu segalanya. Ia bisa menciptakan apa saja yang ia perlukan untuk melengkapi ceritanya sehingga mencapai efek yang diinginkannya.
c.Point of view orang pertama
Teknik ini lebih populer dikenal di Indonesia. Teknik ini dikenal pula dengan teknik sudut pandang "aku". Hal ini sama halnya seperti seseorang mengajak berbicara pada orang lain.
d.Point of view orang ketiga
Teknik ini biasa digunakan dalam penuturan pengalaman seseorang sebagai pihak ketiga. Jadi, pengarang hanya "menitipkan" pemikirannya dalam tokoh orang ketiga. Orang ketiga ("dia") dapat juga menggunakan nama orang.
6.Gaya
Gaya menyangkut cara khas pengarang dalam mengungkapkan ekspresi berceritanya dalam cerpen yang ia tulis. Gaya tersebut me-nyangkut bagaimana seorang pengarang memilih tema, persoalan, meninjau persoalan, dan menceritakannya dalam sebuah cerpen.
7.Amanat
Amanat adalah bagian akhir yang merupakan pesan dari cerita yang dibaca. Dalam hal ini, pengarang "menitipkan" nilai-nilai kehidupan yang dapat diambil dari cerpen yang dibaca. Amanat menyangkut bagaimana sang pembaca memahami dan meresapi cerpen yang ia baca. Setiap pembaca akan merasakan nilai-nilai yang berbeda dari cerpen yang dibacanya. Hal lain yang termasuk unsur sastra adalah unsur ekstrinsik. Unsur ini berada di luar karya sastra itu sendiri. Misalnya, nama penerbit, tempat lahir pengarang, harga buku, hingga keadaan di sekitar saat karya sastra tersebut ditulis.
Upaya memahami karya sastra dapat dilakukan dengan menganalisis unsur-unsur dalam (intrinsik). Unsur-unsur dalam sebuah karya sastra memiliki keterkaitan satu dengan lainnya. Berikut ini unsur-unsur intrinsik yang ada dalam karya sastra.
1.Tema
Tema dapat kita peroleh setelah kita membaca secara menyeluruh (close reading) isi cerita.Tema yang diangkat biasanya sesuai dengan amanat/pesan yang hendak disampaikan oleh pengarangnya. Tema menyangkut ide cerita. Tema menyangkut keseluruhan isi cerita yang tersirat dalam cerpen. Tema dalam cerpen dapat mengangkat masalah persahabatan, cinta kasih, permusuhan, dan lain-lain. Hal yang pokok adalah tema berhubungan dengan sikap dan pengamatan pengarang terhadap ke-hidupan. Pengarang menyatakan idenya dalam unsur keseluruhan cerita.
2.Jalan Cerita dan Alur
Alur tersembunyi di balik jalan cerita. Alur merupakan bagian rangkaian perjalanan cerita yang tidak tampak. Jalan cerita dikuatkan dengan hadirnya alur. Sehubungan dengan naik turunnya jalan cerita karena adanya sebab akibat, dapat dikatakan pula alur dan jalan cerita dapat lahir karena adanya konflik. Konflik tidak harus selalu berisikan pertentangan antara orang per orang. Konflik dapat hadir dalam diri sang tokoh dengan dirinya maupun dengan lingkungan di sekitarnya.
Hal yang menggerakkan kejadian cerita adalah plot. Suatu kejadian baru dapat disebut cerita kalau di dalamnya ada perkembangan kejadian. Dan suatu kejadian berkembang kalau ada yang menyebabkan terjadinya perkembangan konflik.
Adapun kehadiran konlik harus ada sebabnya. Secara sederhana, konflik lahir dari mulai pengenalan hingga penyelesaian konflik. Untuk lebih jelasnya, urutan tingkatan konflik adalah sebagai berikut.
Pengenalan konflik > Timbul permasalahan > Permasalahan memuncak > Permasalahan mereda > Penyelesaian masalah.
3.Tokoh dan Perwatakan
Cara tokoh dalam menghadapi masalah maupun kejadian tentunya berbeda-beda. Hal ini disebabkan perbedaan latar belakang (pengalaman hidup) mereka. Dengan menggambarkan secara khusus bagaimana suasana hati tokoh, kita lebih banyak diberi tahu latar be-lakang kepribadiannya. Penulis yang berhasil menghidupkan watak tokoh-tokoh ceritanya berarti berhasil pula dalam menghidupkan tokoh. Dalam perwatakan tokoh dapat diamati dari hal-hal berikut:
a. apa yang diperbuat oleh para tokoh;
b. melalui ucapan-ucapan tokoh;
c. melalui penggambaran fisik tokoh;
d. melalui pikiran-pikirannya;
e. melalui penerangan langsung.
4. Latar(Setting)
Latar (setting) merupakan salah satu bagian cerpen yang dianggap penting sebagai penggerak cerita. Setting mempengaruhi unsur lain, se-misal tema atau penokohan. Setting tidak hanya menyangkut lokasi di mana para pelaku cerita terlibat dalam sebuah kejadian.
Adapun penggolongan setting dapat dikelompokkan dalam setting tempat, setting waktu, dan setting sosial.
5.Sudut Pandang (Point of View)
Point of view berhubungan dengan siapakah yang menceritakan kisah dalam cerpen? Cara yang dipilih oleh pengarang akan menentukan sekali gaya dan corak cerita. Hal ini dikarenakan watak dan pribadi si pencerita (pengarang) akan banyak menentukan cerita yang dituturkan pada pembaca.
Adapun sudut pandang pengarang sendiri empat macam, yakni sebagai berikut.
a.Objective point of view
Dalam teknik ini, pengarang hanya menceritakan apa yang terjadi, seperti Anda melihat film dalam televisi. Para tokoh hadir dengan karakter masing-masing. Pengarang sama sekali tidak mau masuk ke dalam pikiran para pelaku.
b.Omniscient point of view
Dalam teknik ini, pengarang bertindak sebagai pencipta segalanya. Ia tahu segalanya. Ia bisa menciptakan apa saja yang ia perlukan untuk melengkapi ceritanya sehingga mencapai efek yang diinginkannya.
c.Point of view orang pertama
Teknik ini lebih populer dikenal di Indonesia. Teknik ini dikenal pula dengan teknik sudut pandang "aku". Hal ini sama halnya seperti seseorang mengajak berbicara pada orang lain.
d.Point of view orang ketiga
Teknik ini biasa digunakan dalam penuturan pengalaman seseorang sebagai pihak ketiga. Jadi, pengarang hanya "menitipkan" pemikirannya dalam tokoh orang ketiga. Orang ketiga ("dia") dapat juga menggunakan nama orang.
6.Gaya
Gaya menyangkut cara khas pengarang dalam mengungkapkan ekspresi berceritanya dalam cerpen yang ia tulis. Gaya tersebut me-nyangkut bagaimana seorang pengarang memilih tema, persoalan, meninjau persoalan, dan menceritakannya dalam sebuah cerpen.
7.Amanat
Amanat adalah bagian akhir yang merupakan pesan dari cerita yang dibaca. Dalam hal ini, pengarang "menitipkan" nilai-nilai kehidupan yang dapat diambil dari cerpen yang dibaca. Amanat menyangkut bagaimana sang pembaca memahami dan meresapi cerpen yang ia baca. Setiap pembaca akan merasakan nilai-nilai yang berbeda dari cerpen yang dibacanya. Hal lain yang termasuk unsur sastra adalah unsur ekstrinsik. Unsur ini berada di luar karya sastra itu sendiri. Misalnya, nama penerbit, tempat lahir pengarang, harga buku, hingga keadaan di sekitar saat karya sastra tersebut ditulis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar