SURAT
Surat adalah media komunikasi tulisan antara seseorang atau lembaga dengan seseorang atau lembaga lainnya.
Macam-macam surat :
1. Surat Pribadi
Surat pribadai merupakan surat yang dibuat atas nama pribadi atau perorangan yang berisi kepentingan pribadi.
Umumnya menggunakan bahasa yang tidak formal dan tidak baku.
Bentuk surat lebih bebas.
Dapat berupa perkenalan, permintaan maaf, ucapan terima kasih atau berita keluarga.
Unsur-unsur dalam surat pribadi adalah :
1. Tempat dan tanggal
2. Alamat surat
3. Salam Pembuka
4. Isi surat (pembuka, inti, dan penutup)
5. Salam penutup
6. Nama pengirim surat beserta tanda tangan
2. Surat Dinas
Surat dinas merupakan surat yang berisi hal-hal yang berhubungan dengan kepentingan kedinasan.
Umumnya menggunakan bahasa yang formal dan baku.
Umumnya dikeluarkan oleh lembaga pemerintah atau swasta.
Contoh surat resmi antara lain surat undangan, surat pemberitahuan, surat permohonan, surat perjanjian, surat tugas atau surat lamaran kerja.
Unsur-unsur dalam surat dinas adalah :
1. Kepala surat
2. Tempat dan tanggal
3. Nomor, lampiran, hal
4. Alamat surat
5. Salam pembuka
6. Isi surat (pembuka, inti, dan penutup)
7. Salam penutup
8. Nama pengirim surat
Membaca Surat Dinas
Cara membaca surat dapat dilakukan sebagai berikut :
1. Layangkan pandangan dengan cepat pada kepala atau pada bagian pembukaan surat. Hal yang perlu diperhatikan pada pembukaan surat adalah nama dan alamat pengirim serta maksud atau perihal surat tersebut.
2. Lewatkan bagian kalimat pembuka surat karena pada bagian ini isinya selalu sama seperti sebagaimana dan seperti yang sudah.
3. Konsentrasikan pandangan mata kita ke bagian isi surat tersebut secara cermat.
4. Jika perlu catatlah hal-hal penting dari surat itu.
Diposkan oleh Widi Blog di 06.55 0 komentar
Label: Materi Bahasa Indonesia
Jenis-jenis Kalimat
Kalimat adalah gabungan dari beberapa kata yang mengungkapkan suatu maksud. Secara lisan, kalimat diiringi dengan nada bicara, jeda dan intonasi. Secara tertulis, kalimat ditandai dengan huruf kapital dan tanda baca yang sesuai.
JENIS-JENIS KALIMATKalimat Aktif
Kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya melakukan suatu pekerjaan.
Biasanya memiliki predikatnya berupa kata kerja berawalan me atau ber.
Contoh :
Nina menulis surat untuk nenek.
Kalimat Pasif
Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya dikenai pekerjaan.
Biasanya memiliki predikat berupa kata kerja berawalan di-.
Contoh :
Surat untuk nenek ditulis oleh Nina.
Cara mengubah kalimat aktif menjadi kalimat pasif :
1. Subjek pada kalimat aktif dijadikan objek pada kalimat pasif.
2. Awalan me- diganti dengan di-.
3. Tambahkan kata oleh di belakang predikat.
Contoh :
Bapak memancing ikan. (aktif)
Ikan dipancing oleh bapak. (pasif)
4. Jika subjek kalimat akrif berupa kata ganti maka awalan me- pada predikat dihapus, kemudian subjek dan predikat dirapatkan.
Contoh :
Aku harus memngerjakan PR. (aktif)
PR harus kukerjakan. (pasif)
Kalimat Langsung
Kalimat langsung adalah kalimat yang secara cermat menirukan ucapan orang.
Bagian kutipan dalam kalimat langsung dapat berupa kalimat tanya atau kalimat perintah.
Biasanya ditandai dengan tanda petik ( “....” )
Contoh :
Ibu berkata, “Anis, jangan bermain-main saja, kamu harus belajar !”
Kalimat Tidak Langsung
Kalimat tidak langsung adalah kalimat yang menceritakan kembali ucapan orang lain.
Bagian kutipan pada kalimat langsung berubah menjadi kalimat berita.
Contoh :
Ibu berkata bahwa aku harus rajin belajar.
Kalimat Berita
Kalimat berita adalah kalimat yang isinya memberitahukan sesuatu.
Umumnya mendorong orang untuk memberikan tanggapan.
Macam-macam kalimat berita :
1. Kalimat berita kepastian
Contoh : Nenek akan datang dari Bandung besok pagi.
2. Kalimat berita pengingkaran
Contoh : Saya tidak akan datang pada acara ulang tahunmu.
3. Kalimat berita kesangsian
Contoh : Bapak mungkin akan tiba besok pagi.
4. Kalmat berita bentuk lainnya
Contoh : Kami tidak tahu mengapa dia datang terlambat.
Kalimat Perintah
Kalimat perintah adalah kalimat yang bertujuan memberikan perintah kepada orang lain untuk melakukan sesuatu.
Biasanya diakhiri dengan tanda seru (!).
Dalam bentuk lisan, kalimat perintah ditandai dengan intonasi tinggi.
Macam-macam kalimat perintah :
1. Kalimat perintah biasa, ditandai dengan partikel lah.
Contoh :
Gantilah bajumu !
2. Kalimat larangan, ditandai dengan penggunaan kata jangan.
Contoh
Jangan membuang sampah sembarangan !
3. Kalimat ajakan, ditandai dengan kata mohon, tolong, silahkan.
Contoh :
Tolong temani nenekmu di rumah !
Kalimat Tanya
Kalimat tanya adalah kalimat yang isinya menanyakan sesuatu atau seseorang sehingga diperoleh jawaban tentang suatu masalah.
Biasanya diakhiri dengan tanda tanya (?).
Secara lisan, kalimat tanya ditandai dengan intonasi yang rendah.
Contoh :
Apakah kamu sakit ?
Siapa yang membeli buku ini ?
Kalimat Efektif
Kalimat efektif memiliki syarat :
1. Secara tepat mewakili gagasan penulis atau pembicaranya.
2. Menimbulkan gambaran yang sama antara penulis dengan pembaca atau pembicara dengan pendengar.
Ciri-ciri :
1. Memiliki kesatuan gagasan atau ide pokok
2. Menggunakan kata atau frase imbuhan yang memiliki kesamaan.
3. Tidak menggunakan kata-kata yang tidak perlu.
4. Memberikan penekanan pada bagian-bagian yang penting.
Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri dari inti kalimat atau satu kalimat.
Inti kalimat dibentuk oleh subjek dan predikat
Jenis-jenis kalimat tunggal :
1. Kalimat nominal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata benda.
Contoh :
Saya siswa kelas VI.
2. Kalimat verbal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata kerja.
Contoh :
Adik bernyanyi.
Perluasan kalimat tunggal dilakukan dengan menambah unsur baru yang disebut keterangan Dapat berupa keterangan tempat, keterangan cara, maupun keterangan waktu.
Contoh :
Saya siswa kelas VI di SD Negeri Merdeka.
Adik bernyanyi dengan sangat merdu.
Diposkan oleh Widi Blog di 06.53 0 komentar
Label: Materi Bahasa Indonesia
Pidato
Pidato adalah menyampaikan sesuatu secara lisan kepada kelompok audiens.
Pidato memiliki unsur-unsur berupa intonasi, gerak-gerik, dan mimik.
Isi yang disampaikan dapat bersifat penyampaian informasi, membujuk atau menghibur audiens.
Pokok-pokok pidato adalah :
1. Pendahuluan berisi uraian untuk mempersiapkan pendengar berupa sapaan salm, ucapan syukur, ucapan terima kasih, latar belakang, masalah, dan tujuan.
2. Isi berisi gagasan pokok yang hendak disampaikan.
3. Penutup berisi simpulan, ajakan, harapan, permohonan maaf, dan salam penutup.
Berpidato memerlukan kemampuan :
1. Mampu mengungkapkan pikiran secara lisan dengan lancar.
2. Menguasai bahasa dengan baik dan benar.
3. Berani tampil di depan umum.
Langkah-langkah persiapan pidato :
1. Merumuskan materi pokok yang akan dipidatokan.
2. Mengumpulkan bahan.
3. Menyeleksi materi.
4. Memahami materi.
Metode Pidato :
1. Pidato ekstemporan yaitu metode pidato yang terlebih dahulu menuliskan pokok-pokok pikiran yang kemudian dikembangkan kembali dengan kata-katanya sendiri.
2. Pidato impromtu yaitu metode pidato spontan atau pidato serta merta. Pidato ini disampaikan tanpa persiapan sama sekali.
3. Pidato manuskrip yaitu metode pidato dengan cara membacakan naskah.
4. Pidato menghapal yaitu metode pidato yang dilakukan dengan menghapalkan naskah pidato kata demi kata, kemudian disampaikan kembali sesuai dengan materi yang dihapalkan itu.
Diposkan oleh Widi Blog di 06.52 0 komentar
Label: Materi Bahasa Indonesia
Kata Ulang
Kata ulang adalah bentuk pengulangan kata dasar.
Biasanya menggunakan tanda hubung ( - )
Jenis-jenis kata ulang :
1. Kata Ulang Murni (dwilingga)
Kata ulang murni merupakan bentuk pengulangan kata dasar.
Contoh : murid-murid, buku-buku
Arti yang terbentuk dari kata ulang murni antara lain :
a. menyatakan intensitas kuantitatif (banyak tak tertentu)
Contoh : orang-orang, burung-burung
b. menyerupai
Contoh : kuda-kuda, siku-siku
c. melemahkan arti atau ketidaktentuan
Contoh : apa-apa, ragu-ragu
d. intensitas kualitatif (bersifat menegaskan)
Contoh : tinggi-tinggi, bagus-bagus
e. menyatakan himpunan (kolektif)
Contoh : dua-dua, tiga-tiga
f. menyatakan kesamaan sifat
Contoh : besar-besar, kecil-kecil
2. Kata Ulang Berimbuhan
Kata ulang berimbuhan merupakan bentuk-bentuk pengulangan kata dasar yang telah mendapat imbuhan.
Arti yang terbentuk dari kata ulang berimbuhan antara lain :
a. bermacam-macam
Contoh : sayur-sayuran, buah-buahan
b. tiruan atau menyerupai
Contoh : mobil-mobilan, orang-orangan
c. saling
Contoh : bersalam-salaman, pukul-memukul
d. saling (tidak beraturan)
Contoh : berlari-larian, berkejar-kejaran
e. melemahkan arti
Contoh : sakit-sakitan
f. bersifat seperti
Contoh : kekanak-kanakan, kebarat-baratan
g. menyatakan berulang-ulang
Contoh : melambai-lambai, mengangguk-angguk
h. menyatakan hal-hal yang berhubungan dengan
Contoh : tulis-menulis, tali-temali
3. Kata Ulang Berubah Bunyi
Kata ulang berubah bunyi merupakan bentuk pengulangan kata dasar yang telah berubah fonemnya, baik vokal maupun konsonan.
Arti yang terbentuk dari kata ulang berubah bunyi adalah :
a. menyatakan sering atau berkali-kali
Contoh : bolak-balik, pontang-panting
b. menguatkan arti
Contoh : hiruk-pikuk, compang-camping
c. menyatakan banyak
Contoh : sayur-mayur, warna-warni
4. Kata Ulang Dwipurna
Kata ulang dwipurna merupakan bentuk pengulangan pada suku pertama suatu kata dasar dengan membuat variasi e (pepet) pada vokal pertama kata itu.
Contoh : tamu tetamu
Daun dedaunan
Diposkan oleh Widi Blog di 06.51 0 komentar
Label: Materi Bahasa Indonesia
Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri dari dua kalimat tunggal atau lebih.
Kalimat majemuk dapat dibentuk dari paduan beberapa buah kalimat tunggal.
Pembentukan kalimat majemuk ada yang memerlukan kata penghubung ada pula yang tidak.
Kalimat majemuk dibedakan menjadi
1. Kalimat Majemuk Setara
2. Kalimat Majemuk Rapatan
3. Kalimat Mejemuk Bertingkat
Kalimat Majemuk Setara
Kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk dimana hubungan antar unsur-unsurnya sederajat.
Kalimat majemuk setara terdiri dari :
1. Kalimat majemuk penjumlahan ditandai dengan kata sambung lalu, lagi, kemudian, dan.
Contoh :
Kakak membaca buku, kemudian menulis surat.
2. Kalimat majemuk pemilihan ditandai dengan kata sambung atau.
Contoh :
Ibu membeli ikan atau ayam.
3. Kalimat majemuk pertentangan ditandai dengan kata penghubung tetapi, melainkan.
Contoh :
Ayah tidak pergi ke kantor melainkan ke rumah sakit.
Kalimat Majemuk Rapatan
Kalimat majemuk rapatan adalah kalimat majemuk setara yang bagian-bagiannya dirapatkan.
Hal tersebut terjadi karena kata-kata yang dirapatkan pada bagian-bagian kaliamat itu memiliki fungsi yang sama.
Perapatan dilakukan dengan menghilangkan salah satu fungsi kalimat yang sama.
1. Kalimat majemuk rapatan subjek
Contoh :
Pak Adi guru mengaji.
Pak Adi ketua RT.
Pak Adi guru mengaji dan ketua RT.
2. Kalimat majemuk rapatan predikat.
Contoh :
Kiki pandai bermain bola.
Galih pandai bermain bola.
Kiki dan Galih pandai bermain bola.
3. Kalimat majemuk rapatan keterangan.
Contoh :
Sore hari kakak menyiram bunga.
Sore hari adik menyapu halaman.
Sore hari kakak menyiram bunga dan adik menyapu halaman.
Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat yang hubungan antar unsur-unsurnya tidak sederajat.
Salah satu unsurnya sebagai induk kalimat.
Unsur lainnya sebagai anak kalimat.
Jenis-jenis kalimat mejemuk bertingkat :
1. Kalimat majemuk hubungan pengandaian, ditandai dengan kata penghubung jika, seandainya, andaikan.
Contoh :
Jika tidak hujan, saya akan datang ke rumahmu.
2. Kalimat majemuk hubungan perbandingan, ditandai dengan kata sambung ibarat, seperti, bagaikan, daripada, laksana.
Contoh :
Doni lebih senang bermain sepakbola daripada bermain basket.
3. Kalimat majemuk hubungan penyebabab, ditandai dengan kata sambung sebab, karena, oleh karena
Contoh :
Amir tidak masuk sekolah karena sakit.
4. Kalimat majemuk hubungan akibat, ditandai dengan kata sambung sehingga, sampai-sampai, maka.
Contoh :
Ia bekerja terlalu keras sehingga jatuh sakit.
5. Kalimat majemuk hubungan cara, ditandai dengan kata sambung dengan.
Contoh :
Sari dapat mempertahankan prestasinya dengan cara berlatih dengan giat.
6. Kalimat majemuk hubungan penjelasan, ditandai dengan kata sambung bahwa, yaitu.
Contoh :
Pak Madi telah menggemburkan tanah, yaitu dengan mencangkul tanah itu sampai kedalaman 10 centimeter.
7. Kalimat majemuk hubungan waktu, ditandai dengan kata sambung ketika, sewaktu, semasa.
Contoh :
Ibu selesai memasak ketika saya pulang sekolah.
KALIMAT MAJEMUK CAMPURAN
Kalimat majemuk campuran merupakan gabungan dari kelimat majemuk setara dengan kalimat majemuk bertingkat.
Kalimat majemuk campuran dibentuk sekurang-kurangnya oleh tiga kalimat tunggal.
Contoh :
Adik selesai mengerjakan PR ketika ayah datang dari kantor dan ibu selesai memasak.
Diposkan oleh Widi Blog di 06.49 1 komentar
Label: Materi Bahasa Indonesia
KATA
Kata adalah satuan bahasa terkecil yang dapat berdiri sendiri dengan makna yang bebas.
Jenis-jenis kata
1. Kata Baku
Kata baku adalah kata yang pengucapan atau penulisannya sesuai dengan kaidah-kaidah standar sesuai dengan EYD, tata bahasa Indonesia, dan kamus umum.
Contoh : saya, ibu, dilihat, bertemu.
2. Kata Tidak Baku
Kata yang pengucapan atau penulisannya tidak memenuhi kaidah-kaidah standar.
Contoh : nyokap, liatin, ketemu
3. Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Contoh : Aku senang karena engkau datang.
4. Kata Jadian
Kata jadian adalah awalan atau akhiran dari bentuk dasar yang berupa gabungan kata.
Penulisannya serangkai dengan kata yang mengikutinya.
Contoh : bertanggung jawab, tanda tangani, menitikberatkan.
5. Kata Majemuk
Kata majemuk merupakan gabungan dua buah kata atau lebih yang membentuk arti baru.
Gabungan kata haruslah menerangkan seluruh gabungan yang ada sebagai satu kesatuan bentuk, bukan menerangkan salah satu kata dari gabungan itu.
Contoh : makan hati susah atau sedih
panjang tangan suka mencuri
keras kepala susah diatur
besar kepala sombong
tinggi hati sombong
buah hati kesayangan
buah tangan oleh-oleh
6. Kata Kerja
Kata kerja adalah kata yang menyatakan perbuatan, tindakan, gerak gerik atau cara menjalankan dan berbuat.
Macam-macam kata kerja
Kata kerja aktif yaitu kata kerja yang berawalan me- dan ber- dan berfungsi sebagai predikat (subjeknya melakukan pekerjaan).
Contoh : membaca, menulis, berlari, belajar
Kata kerja pasif yaitu kata kerja yang berawalan di-, ter- atau ke- dan berfungsi sebagai predikat (subjeknya dikenai pekerjaan).
Contoh : dibaca, ditulis, terjatuh
7. Kata Sifat
Kata sifat adalah kata yang memperjelas sifat dan keadaansuatu benda atau yang dibendakan.
Macam-macam kata sifat :
Kata dasar manis, besar, jauh, lemah, tinggi
Kata jadian terharu, terindah, berharga
Kata ulang jauh-jauh, kekanak-kanakan
Kata serapan kreatif, canggih
Kelompok kata murah hati, ringan tangan
8. Kata Bilangan
Kata bilangan adalah bentukan kata yang menyatakan jumlah kumpulan dan urutan atau tingkatan suat benda atau yang dibendakan.
Macam-macam kata bilangan :
Kata bilangan utama
Contoh : satu, dua, tiga
Kata bilangan bertingkat
Contoh : bab satu, raja kesepuluh
Kata bilangan kumpulan
Contoh : kedua orang itu, kesepuluh pemain
Kata bilangan himpunan
Contoh : satu-satu, dua-dua
Kata bilangan tak tentu
Contoh : beberapa, semua, sebagian, tiap-tiap, masing-masing, seluruh
Kata Bantu bilangan
Contoh : selembar kertas, sebatang pohon, setangkai bunga
9. Kata Ganti
Kata ganti adalah kata yang digunakan untuk menggantikan benda atau sesuatu yang dibendakan.
Macam-macam kata ganti :
Kata ganti orang (pronominal)
Contoh : orang pertama tunggal : saya, aku
orang pertama jamak : kami, kita
orang kedua tunggal : kamu, engkau, anda
orang kedua jamak : kalian
orang ketiga tunggal : ia, dia, beliau
orang ketiga jamak : mereka
Kata ganti kepunyaan (ku, kau, mu, nya)
Contoh : bentuk sempurna : buku saya, rumah kamu
Bentuk ringkas : bukuku, rumahmu
Kata ganti penunjuk
Contoh : sesuatu yang dekat : ini, sini
sesuatu yang agak jauh : itu, situ
sesuatu yang jauh : sana
Kata ganti penghubung (untuk menghubungkan anak kalimat dengan induk kalimat)
10. Kata Tanya
Kata tanya adalah kata yang digunakanutnuk menanyakan benda, barang atau seorang.
Contoh :
Apa menanyakan benda, hal, dan binatang
Siapa menanyakan orang
Kapan menanyakan waktu
Berapa menanyakan jumlah
Di mana menanyakan tempat
Bagaimana menanyakan keadaan
Mengapa menanyakan alas an
11. Kata Seru (interjeksi)
Kata seru adalah kata yang mengungkapkan rasa hati manusia seperi perasaan gembira, sedih, heran.
Contoh : asyik, hai, halo, aduh
12. Kata Depan
Contoh kata depan adalah di, ke, dari
Kata depan ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya.
13. Kata Keterangan
Kata keterangan adalah kata yang memberi keterangan atau penjelasan pada kata lainnya.
Macam-macam kata keterangan
Kata keterangan bentuk dasar
Contoh : sangat, hanya, lebih, segera
Kata keterangan bentuk turunan
Contoh : diam-diam, setinggi-tingginya, habis-habisan, sebaiknya.
Pembentukan kata keterangan bentuk turunan :
a. mengulang kata dasar yang menyertainya pelan-pelan, cepat-cepat
b. mengulang kata dasar dan diberi akhiran –an mati-matian, mudah-mudahan
c. mengulang kata dasar dan diberi imbuhan se-nya sedalam-dalamnya, sekuat-kuatnya.
d. Menambahkan imbuhan se-nya sebaiknya, sesungguhnya
e. Menambahkan –nya pada kata dasar rupanya, biasanya
14. Kata Sambung
Kata sambung adalah kata yang digunakan untuk menggabungkan kalimat tunggal dengan kalimat tunggal lainnya.
Macam-macam kata sambung
Penjumlahan dan, serta, kemudian
Perlawanan tetapi, melainkan, tidak hanya
Pemilihan atau
Hubungan waktu sejak, sedari, ketika, sambil, sebelum, sesudah, tatkala
Hubungan syarat jika, kalau
Hubungan tujuan agar, supaya
Hubungan pertentangan walaupun, bagaimanapu, kendatipun
Hubungan perbandingan seperti, ibarat, bagaikan
Hubungan sebab sebab, karena, oleh karena
Hubungan akibat sehingga, maka, sampai dengan
Hubungan cara dengan
Hubungan sangkalan seolah-olah, seakan-akan
Hubungan kenyataan perihal
Hubungan hasil makanya
Hubungan penjelasan bahwa
Hubungan atributif yang, yang -nya
15. Kata Si dan Sang
Ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Contoh : sang pemimpi, si kancil
16. Kata Khusus
Kata khusus adalah kata yang ruang lingkup maknanya mencakup hal-hal yang sempit atau hanya meliputi aspek tertentu.
Contoh :
Melihat kata khususnya : menengok, menatap, melirik, menjenguk
Binatang kata khususnya : anjing, kucing, burung, ayam
Bunga kata khususnya : mawar, melati, anggrek, anyelir
17. Kata Umum
Kata khusus adalah kata yang ruang lingkup maknanya mencakup hal-hal umum dan menyangkut aspek-aspek yang lebih luas.
Contoh : baju kurung, pupuk, dekorasi, zebra cross
18. Kata Serapan
Kata serapan adalah kata yang merupakan hasil serapan dari bahasa asing ataupun bahasa daerah.
Contoh : aksesori, aktif, aktivitas, ambulan, apotek, kompleks, efektif, efisien.
Diposkan oleh Widi Blog di 06.45 0 komentar
Label: Materi Bahasa Indonesia
IMBUHAN
AWALAN (prefiks)
Awalan adalah imbuhan yang diberikan di awal kata.
Contoh : me-, ber- di-, ke-, pe-, ter-
Awalan me –
Pemakaian awalan me- bervariasi yaitu mem-, men-, meny-, meng-, dan menge-
Contoh : melapor, membaca, menarik, menyanyi, menghitung, dan mengecat
Makna awalan me- :
1. Melakukan perbuatan/tindakan.
Contoh : mengambil, menjual.
2. Melakukan perbuatan dengan alat.
Contoh : memotong, menyapu.
3. Menjadi atau dalam keadaan.
Contoh : menurun, meluap.
4. Membuat kesan.
Contoh : mengalah, membisu.
5. Menuju ke.
Contoh : mendarat, menepi.
6. Mencari.
Contoh : mendamar, merotan.
Awalan ber-
Pemakaian awalan ber- mempunyai kaidah sebagai berikut.
1. Apabila diikuti kata dasar yang berhuruf (r) dan beberapa kata dasar yang suku pertamanya berakhir huruf (er), bentuk awalan ber berubah menjadi be-.
Contoh : ber + rantai berantai
ber + kerja bekerja
2. Apabila awalan ber- bertemu dengan kata dasar ajar, ber- berubah menjadi bel-
Contoh : ber + ajar belajar
3. Apabila awalan ber- diikuti kata dasar selain yang disebutkan di atas, ber- tetap tanpa perubahan.
Contoh : ber + lari berlari
ber + nyanyi bernyanyi
Makna awaln ber-
1. Mempunyai.
Contoh : beranak, berhasil
2. Memakai/menggunakan/mengendarai.
Contoh : bersepeda, bersepatu
3. Mengeluarkan.
Contoh : berkata, bertelur
4. Menyatakan sikap mental.
Contoh : berbahagia, berbaik hati.
5. Menyatakan jumlah.
Contoh : berdua, berempat.
Awalan di-
Awalan di mempunyai makna suatu perbuatan aktif. Awalan di- merupakan kebalikan dari awalan me- yang bermakna aktif.
Contoh : di + siram disiram
di + tanam ditanam
di + beli dibeli
Awalan ter-
1. Awalan ter- hampir sama dengan awalan di-. Awaln ter- berfungsi untuk membentuk kata kerja pasif.
Contoh : ter + tendang tertendang
i. ter + bakar terbakar
2. Awalan ter- ada pula yang termasuk golongan kata sifat.
Contoh : ter + pandai terpandai
i. ter + kecil terkecil
Makna awalan ter-
1. Sudah di atau dapat di.
Contoh : tertutup, terbuka.
2. Ketidaksengajaan.
Contoh : terbawa, terlihat.
3. Tiba-tiba.
Contoh : teringat, terjatuh.
4. Dapat atau kemungkinan.
Contoh : ternilai, terbagus.
5. Pelaing atau super.
Contoh : terpandai, tertua.
AWALAN pe-(n)
Pemakaian awalan pe-(n) memiliki variasi sebagaimana yang berkalu pada awalan me-(n).
Makna awalan pe-(n) :
1. Menyatakan yang melakukan perbuatan.
Contoh : penulis, pembaca.
2. Menyatakan pekerjaan.
Contoh : perpanjang, perlebar.
3. Menyatakan alat.
Contoh : penghapus, penggaris.
4. Menyatakan memiliki sifat.
Contoh : pemaaf, pemalu.
5. Menyatakan penyebab.
Contoh : pemanis, pemutih
AWALAN pe-
Umumnya tidak bias digunakan secara mandiri. Pemakaian awlan per- membutuhkan imbuhan lain misalnya –kan dan –an.
Contoh : per-kan + kembang perkembangan
per-an + usaha perusahaan
AWALAN se-
Makna awalan se-
1. Menyatakan satu.
Contoh : selembar, seribu.
2. Menyatakan seluruh.
Contoh : sekota, sedesa.
3. Menyatakan sama.
Contoh : sepandai, seindah.
4. Menyatakan setelah.
Contoh : sekembali
AWALAN ke-
Makna awalan ke-
1. Menyatakan kumpulan yang terdiri dari jumlah.
Contoh : kesebelasan.
2. Menyatakan urutan.
Contoh : kesatu, kedua, ketiga
SISIPAN (infiks)
Sisipan adalah imbuhan yang diberikan di tengah kata.
Contoh : -el, -em, dan –er.
Makna sisipan :
1. Menyatakan internsitas atau frekuensi.
Contoh : geletar, gemetar
2. Menyatakan banyak dan bermacam-macam.
Contoh : temali, gemerincing
3. Memiliki sifat yang disebut dalam kata dasarnya.
Contoh : temurun, gemilang, telunjuk, pelatuk, gelembung, telapak
AKHIRAN (sufiks)
Imbuhan yang diberikan di akhir kata.
Contoh : -kan, -I, -an, -kah, -tah, dan –pun.
Akhiran –kan
Makna akhiran –kan :
1. Secara umum mengandung arti perintah.
Contoh :
Dengarkan baik-baik !
2. Menyatakan sebagai alat atau membuat dengan.
Contoh :
menusukkan pisau, melemparkan batu
3. Menyebabkan atau menjadikan sesuatu.
Contoh :
membesarkan, menjatuhkan
4. Menyatakan arti bahwa suatu pekerjaan dilakukan untuk orang lain.
Contoh :
meminjamkan, mengembalikan
5. Mentransitifkan kata kerja ke dinding
Contoh :
memantulkan
Akhiran -i
Makna akhiran –I :
1. Mengandung arti membentuk kalimat perintah.
Contoh :
Turuti perintahnya !
2. Menyebabkan sesuatu jadi.
Contoh :
menyakiti hati, menghargai dia
3. Menyarakan intensitas (pekerjaan yang berulang-ulang)
Contoh :
menembaki, memukuli
Akhiran –an
Makna akhiran –an
1. Menyatakan tempat.
Contoh : pangkalan, kubangan
2. Menyatakan alat.
Contoh : ayunan, timbangan
3. Menyatakan hal atau cara.
Contoh : didikan, pimpinan
4. Menyatakan akibat, hasil perbuatan.
Contoh : hukuman, balasan
5. Menyatakan sesuatu yang di.
Contoh : catatan, suruhan
6. Menyatakan seluruh, kumpulan.
Contoh : lautan, sayuran
7. Menyatakan menyerupai.
Contoh : anak-anakan, kuda-kudaan
8. Menyatakan tiap-tiap.
Contoh : tahunan, mingguan
9. Menyatakan mempunyai sifat.
Contoh : asinan, manisan
Akhiran –isme dan –isasi
Merupakan jenis imbuhan serapan.
Makna akhiran –isme adalah paham atau ajaran :
Contoh : komunisme, animisme, liberalisme
Makna akhiran –isasi adalah proses atau menjadikan sesuatu.
Contoh : swastanisasi, lebelisasi
Akhiran – i , - iah, - is, - wi
Merupakan jenis imbuhan serapan.
- i berasal dari bahasa Inggris.
- iah, - is, - wi berasal dari bahasa Arab
Makna akhiran – i, - iah, - is, - wi adalah membentuk kata sifat.
Contoh : insani : memiliki sifat keinsanian
alamiah : memiliki sifat alamiah, natural
agamais : menujukkan sifat orang yang taat beragama
manusiawi : bersifat kemanusiaa
AWALAN DAN AKHIRAN (konfiks)
Awalan dan akhiran adalah imbuhan yang berupa gabungan dari awalan dan akhiran.
Contoh : me-kan, pe-an, ber-an, se-nya, meper-kan
Awalan dan Akhiran me-kan, dan memper-kan
Makna me-kan:
1. Melakukan pekerjaan orang lain.
Contoh : Adik memesankan ibu makanan.
2. Menyebabkan atau membuat jadi.
Contoh : Lemparan bola itu memecahkan kaca jendela kamar.
3. Melakukan perbuatan.
Contoh : Gajah menyemburkan air dari belalainya.
4. Mengarahkan.
Contoh : Ayah meminggirkan kendaraannya.
5. Memasukkan.
Contoh : Polisi memenjarakan penjahat itu di tahanan POLDA.
Makna memper-kan :
1. Menyebabkan atau membuat jadi :
Contoh : Rini mempertotonkan kebolehannya bermain biola.
Awalan dan Akhiran ber - an
Makna :
1. Menyatakan jumlah pelaku yang banyak.
Contoh : berdatangan, berterbangan
2. Menyatakan perbuatan yang berulang-ulang
Contoh : bergulingan, berlompatan
3. Menyatakan hubungan antara dua pihak.
Contoh : bersamaan, bersebelahan, berduaan.
4. Menyatakan hubungan timbal balik.
Contoh : bersahutan, bersalaman
Awalan dan Akhiran pe – an
Makna :
1. Menyatakan hal
Contoh : pendidikan, penanaman
2. Menyatakan proses atau perbuatan.
Contoh : pendaftaran, penelitian.
3. Menyatakan hasil.
Contoh : pengakuan, peghasilan
4. Menyatakan tempat.
Contoh : penampungan, pemandian
5. Menyatakan alat.
Contoh : penglihatan, pendengaran
Awalan dan Akhiran per- an
Makna :
1. Menyatakan tempat.
Contoh : perhentian, perusahaan
2. Menyatakan daerah.
Contoh : perempatan, pertigaan
3. Menyatakan hasil perbuatan.
Contoh : pertahanan, perbuatan
4. Menyatakan perihal.
Contoh : perbukuan, perkelahian
5. Menyatakan banyak.
Contoh : persyaratan, persaudaraan
Awalan dan Akhiran se –nya
Makna :
1. Menyatakan makna tingkatan yang paling tinggi yang dapat dicapai.
Contoh : sebagus-bagusnya, setinggi-tingginya
2. Sering disertai dengan kata ulang.
Contoh : sebaik-baiknya, semerah-merahnya
Diposkan oleh Widi Blog di 06.43 0 komentar
Label: Materi Bahasa Indonesia
Unsur Kalimat
1. SUBJEK
• Disebut juga pokok kalimat.
• Merupakan unsur inti dari kalimat.
• Biasanya berupa kata benda atau kata lain yang dibendakan.
• Untuk mencari subjek dalam kalimat dapat diajukan pertanyaan dengan kata tanya “siapa” dan “apa”.
Contoh :
Ardi bermain bola.
Siswa kelas VI sedang menjalani ujian.
Melukis itu melatih kreatifitas
2. PREDIKAT
• Merupakan unsur inti pada kalimat yang berfungsi untuk menerangkan subjek.
• Biasanya berupa kata kerja atau kata sifat.
• Untuk mencari predikat dalam kalimat dapat diajukan pertanyaan dengan kata tanya “mengapa” dan “bagaimana”.
Contoh :
Rini menyanyi dengan merdu.
Tono membaca buku.
Ayah bekerja di BUMN.
3. OBJEK
• Merupakan keterangan predikat yang erat hubungannya dengan predikat.
• Biasanya terletak di belakang predikat.
• Dalam kalimat pasif, objek menduduki fungsi subjek.
• Terdiri dari dua macam yaitu objek penderita dan objek penyerta
• Objek penderita adalah kata benda atau yang dibendakan baik berupa kata atau kolompok kata yang merupakan sasaran langsung dari perbuatan atau tindakan yang dinyatakan oleh subjek.
• Makna objek penderita :
1. Penderita
Contoh : Pak Ali membajak sawah
2. Penerima
Contoh : Ibu menjahit baju adik
3. Tempat
Contoh : Wisatawan mengunjugi Pulau Bali.
4. Alat
Contoh : Andi melempar bola ke arah Budi.
5. Hasil
Contoh : Anak-anak mengerjakan tugas pelajaran Bahasa Indonesia.
• Objek penyerta adalah objek yang menyertai subjek dalam melakukan atau mengalami sesuatu.
• Makna objek penyerta :
1. Penderita.
Contoh : Ibu membelikan adik buku baru.
2. Hasil.
Contoh : Penjahit itu membuatkan ibu baju kebaya.
4. KETERANGAN
• Mempunyai hubungan y ang renggang dengan predikat.
• Jenis-jenis keterangan :
1. Keterangan tempat
Contoh : Ayah akan perdi ke Surabaya
2. Keterangan alat
Contoh : Ibu memotong sayuran dengan pisau
3. Keterangan waktu
Contoh : Andi belajar matematika pukul 8 malam
4. Keterangan tujuan
Contoh : Bayi harus minum susu supaya sehat
5. Keterangan penyerta
Contoh : Ibu pergi ke pasar bersama kakak.
6. Keterangan cara
Contoh : Bacalah buku itu dengan seksama
7. Keterangan similatif
Contoh : Pak Doni berbicara di rapat sebagai ketua panita
8. Keterangan sebab
Contoh : Toni tidak naik kelas karena malas belajar
Diposkan oleh Widi Blog di 06.40 0 komentar
Label: Materi Bahasa Indonesia
KALIMAT EFEKTIF
A Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang singkat dan padat tetapi dapat menyampaikan pesan secara tepat dan dapat dipahami secara tepat Kalimat efektif menuntut adanya beberapa ketepatan, di antaranya ketepatan pilihan kata, bentuk kata, pola kalimat, dan makna kalimat. Ketidakefektifan kalimat dalam surat biasanya disebabkan oleh:
1. Salah nalar
Coba Anda perhatikan contoh di bawah ini.
(a) Pada hari ini saya datang terlambat karena jalannya macet
(b) Saya mohon maaf tidak bisa mengikuti arisan karena tidak ada waktu.
Kalimat di atas merupakan bagian surat yang sering kita lihat pada surat pemberitahuan. Jika dilihat selintas memang kalimat di atas tampak efektif karena mudah kita pahami. Akan tetapi, kalimat tersebut sebenarnya tidak efektif karena salah nalar. Pada kalimat (a) terdapat frasa jalannya macet. Di dalam Kamus Besar bahasa Indonesia (KBBI, 1994: 611) kata macet berarti terhenti atau tidak lancar. Kata terhenti atau frasa
tidak lancar hanya boleh mengikuti kata yang bermakna ’gerak.’ Sedangkan kata jalan tidak mengandung makna ’gerak.’ Oleh karena itu, frasa jalanya macet mengalamai salah nalar, karena kata jalan pada konteks kalimat tersebut memang tidak pernah bergerak.
Hal yang tidak jauh berbeda juga terjadi pada kalimat (b). Tuhan telah memberikan waktu kepada kita 24 jam dalam satu hari dan satu malam. Jadi kalau ia tidak bisa arisan karena tidak ada waktu, berarti terjadi salah nalar. Kemungkinan yang tidak ada adalah kesempatan, karena setiap orang memiliki kesempatan yang berbeda-beda.
Dua kalimat di atas dapat diperbaiki menjadi:
(a) Pada hari ini saya datang terlambat karena lala lintas macet
(b) Saya mohon maaf tidak bisa mengikuti arisan karena tidak ada kesempatan untuk datang.
Masih banyak contoh kalimat lain yang salah nalar, misalnya:
(a) Mobil Pak Sanusi mau dijual.
(b) Waktu dan tempat kami persilakan kepada Bapak Rustamaji.
(c) Bola berhasil masuk ke gawang lawan.
Kalimat di atas dapat diperbaiki menjadi:
(a) Mobil Pak Sanusi akan dijual.
(b) Bapak Rustamji kami persilakan.
(c) Ronaldo berhasil memasukkan bola ke gawang lawan.
2. Penggunaan kata depan yang berlebihan dan tidak tepat
Penggunaan kata depan yang berlebihan di dalam kalimat surat juga menjadikan kalimat tidak efektif. Coba Anda perhatikan contoh berikut ini.
(a) Perusakan kami maju pesat berkat perkembangan daripada teknologi informasi.
(b) Kepada yang berminat membeli printer merek epson dapat menghubungi perusahaan kami.
(c) Jika belum jelas, Anda dapat meminta penjelasan lebih lanjut ke saya.
Penggunaan kata depan daripada pada kalimat (a) sangat berlebihan dan tidak tepat. Kata depan daripada berfungsi untuk membandingkan antara dua kata benda atau frasa benda. Padahal kata depan daripada pada kalimat (a) tidak berfungsi untuk membandingkan.
Jadi, kalimat di atas dapat diperbaiki sebagai berikut:
(a) Perusakan kami maju pesat berkat perkembangan teknologi informasi.
(b) Yang berminat membeli printer merek epson dapat menghubungi perusahaan kami.
(c) Jika belum jelas, Anda dapat meminta penjelasan lebih lanjut kepada saya.
Contoh penggunaan kata depan daripada yang tepat adalah:
Hidup di desa lebih tenang daripada hidup di kota.
Tunjangan kesejahteraan guru DKI Jakarta lebih baik daripada tunjangan kesejahteraan guru dari daerah lain.
Daripada menjadi gelandangan di DKI Jakarta lebih baik kita mengikuti transmigrasi ke Kalimantan.
Penggunaan kata depan kepada pada kalimat (b) juga berlebihan dan tidak tepat. Penggunaan kata depan kepada yang benar adalah untuk menyatakan ’tempat yang dituju’ dan ditempatkan di muka objek dalam kalimat yang predikatnya mengandung pengertian ’tertuju terhadap sesuatu.’
Contoh:
(a) Persoalan itu harus dilaporkan kepada kepala sekolah.
(b) Saya akan meminta bantuan kepada LBH yang ada di PGRI.
(c) Marilah kita kembali kepada UUD 1945.
Penggunaan kata depan ke pada kalimat (c) tidak tepat, karena kata depan ke tidak dapat digunakan di depan:
(a) kata ganti (saya, kamu, dan dia),
(b) kata nama diri (Sanusi, Gunawan),
(c) kata nama jabatan (lurah, camat, dan gubernur),
(d) Kata nama kekerabatan ( adik, saudara, dan ibu).
Kata depan ke berfungsi untuk menyatakan ’tempat tujuan’ dan digunakan di depan kata benda yang menyatakan tempat. Untuk menyatakan ’tempat yang dituju’ penggunaan kata depan ke akan lebih cermat apabila diikuti dengan kata yang menunjukkan bagian dari tempat yang dimaksud. Contoh penggunaan kata depan ke yang tepat.
(a) Ayah pergi ke Makasar.
(b) Saya melihat ke tengah danau.
(c) Perampok itu berlari ke samping mobil kami.
3. Pleonasme (berlebihan/mubazir)
Penggunaan kata yang pleonastis (berlebihan) dapat mempengaruhi efektivitas kalimat. Coba perhatikan contoh berikut ini.
(a) Produk-produk kami dijamin memuaskan para Bapak-bapak dan Ibu-ibu.
(b) Harga yang Bapak tawarkan kepada kami sangat murah sekali.
(c) Banyak orang-orang yang telah tertarik terhadap produk perusahaan kami.
Kata depan para pada kalimat (a) sangat berlebihan (mubazir). Kata depan para bermakna ’jamak.’ Oleh karena itu, penggunaan kata depan para jangan diikuti lagi dengan kata yang bermakna jamak, misalnya bapak-bapak, Ibu-ibu, hadirin, dan sebagainya. Hal yang senada juga terjadi pada kalimat (c). Kata banyak seyogyanya tidak diikuti kata jamak (orang-orang).
Penggunaan kata sangat murah sekali pada kalimat (b) juga pleonastis (berlebihan). Kata sangat sama atau mirip artinya dengan kata sekali. Oleh karena itu, pergunakan salah satu saja, yakni sangat murah atau murah sekali.
Jadi, perbaikan kalimat di atas adalah:
(a) Produk-produk kami dijamin memuaskan para Bapak dan Ibu.
(d) Harga yang Bapak tawarkan kepada kami sangat murah.
(e) Banyak orang yang telah tertarik terhadap produk perusahaan kami
B. Pemilihan kata yang tepat (diksi)
Pilihan kata atau diksi dalam bahasa surat hendaknya tepat agar tidak menimbulkan konotasi yang lain. Konotasi adalah makna tambahan yang muncul dari kata tersebut. Makna konotasi muncul akibat penafsiran, perasaan, dan budaya setiap orang. Konotasi ini akan ditanggapi secara berbeda-beda, bergantung dari situasi pembacanya. Coba Anda perhatikan contoh berikut ini.
(a) Kami berharap, Bapak dapat bergabung di perusahaan kami.
(b) Saya berharap, Saudara dapat bergabung di perusahaan saya.
Kata kami pada kalimat (a) sebenarnya sama dengan kata saya pada kalimat (b), yakni prulalis majestatis. Penggunaan kata kami terasa lebih santun karena tidak menonjolkan diri dibandingkan dengan kata saya. Begitu pula, penggunaaan kata Bapak terasa lebih terhormat dibandingkan dengan kata Saudara.
Contoh lain adalah:
(a) Seorang supervisor harus memperhatikan anggota timnya.
(b) Seorang mandor harus memperhatikan bawahannya.
Kata supervisor dan mandor pada kalimat di atas pada dasarnya memiliki makna yang sama, pengawas atau pengontrol utama. Akan tetapi, kata supervisor terasa lebih terhormat daripada kata mandor. Begitu pula, frasa anggota tim memiliki konotasi lebih baik daripada kata bawahan.
Contoh lainnya adalah:
Perusahaan kami menerima tenaga kerja wanita dengan syarat tinggi badan minimal 165 cm, berleher jenjang, dan bertubuh langsing.
Frasa berleher jenjang dan bertubuh langsing pada kalimat di atas memiliki konotasi yang baik, jika dibandingkan dengan frasa berleher panjang dan tubuhnya kurus. Oleh karena itu, pemilihan kata atau frasa di dalam bahasa surat harus benar-benar diperhatikan
C. Penggunaan kata baku
Kata-kata yang digunakan di dalam surat hendakanya kata yang baku. Kata yang baku adalah kata yang sesuai dengan standar Kamus Besar bahasa Indonesia. Apabila ternyata kita terpaksa harus menggunakan kata asing karena belum ada padannya dalam bahasa Indonesia, maka kata tersebut harus dicetak miring atau digaribawahi. Berikut ini adalah beberapa contoh kata baku dan tidak baku.
D. Penggunaan Ejan yang tepat
Penulis surat yang cermat pasti memperhatikan kaidah Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Begitu pula sebaliknya, penulis surat yang tidak cermat biasanya lebih memetingkan isi daripada bahasa. Dalam penulisan surat, baik isi maupun bahasa harus benar-benar kita perhatikan. Berikut ini adalah beberapa contoh kalimat dalam surat yang kurang memperhatikan kaidah ejaan.
1. Semoga anda dapat bergabung dengan perusahaan kami.
2. Setiap hari sabtu perusahaan kami libur.
3. Surat penawaran ini berasal dari P.T. Genta Buana Perkasa.
4. Surat ini harus ditanda tangani oleh direktur perusahaan.
5. Silakan hubungi sub-bagian tata usaha.
6. Harga gula yang kami tawarkan sebesar Rp. 8.000,- per kg.
7. Atas perhatiannya, saya ucapkan terima kasih.
8. Jadwal wawancara dirubah menjadi tanggal 2 s/d 5 Maret 2006.
9. Direktur perusahaan kita yang baru adalah seorang sarjana hukum, yakni Dr. Tony SH.
10. Pihak ke-I bertindak sebagai penjual dan pihak ke-II sebagai pembeli.
Marilah kita cermati penggunaan ejaan yang salah dalam penulisan kalimat surat di atas.
Penulisan kata anda pada kalimat (1) tidak sesuai EYD. Kata anda sebagai bentuk sapaan harus diawali dengan huruf kapital, yakni Anda. Kata sapaan lain adalah Bapak, Ibu, Saudara, dan sebagainya.
Pada kalimat (2) terdapat nama hari yang penulisannya tidak tepat karena diawali dengan huruf kecil. Menurut ketentuan EYD, semua nama hari, nama bulan, dan nama tahun harus diawali dengan huruf kapital. Sebagai contoh:
Nama hari : Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu, dan Minggu.
Nama bulan : Januari, Februari, Maret, April, Mei, Juni, Juli, Agustus, September, Oktober, November, dan Desember.
Nama tahun : Masehi, Kabisat, Saka, dan Hijriah.
Pada kalimat (3) terdapat penulisan singkatan huruf awal kata yang menggunakan tanda titik. Di dalam EYD disebutkan bahwa singkatan yang terdiri atas huruf awal kata, suku kata atau gabungan keduanya yang terdapat dalam akronim tidak perlu menggunakan tanda titik. Jadi, penulisan singkatan PT tidak perlu menggunakan tanda titik, seperti singkatan CV, SMA, MPR, ABRI, dan sebagainya.
Penulisan kata ’ditanda tangani’ pada kalimat (4) seharusnya dirangkaikan, yakni ditandatangani. Hal tersebut karena gabungan kata itu mendapat awalan dan akhiran sekaligus. Sedangkan pada kalimat (5) terdapat kata ’sub-bagian’ seharusnya subbagian. Bentuk sub-, semi, non-, dan in- sebagai awalan dari bahasa asing harus ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Misalnya: semifinal, nonformal, dan informal.
Penulisan singkatan rupiah pada kalimat (6) tidak perlu menggunakan tanda titik. Begitu pula penggunakan tanda koma dan setrip di akhir angka tidak sesuai ketentuan EYD. Contoh penulisan yang tepat adalah Rp 8.000,00 per kg.
Kalimat (7) merupakan kalimat penutup surat yang tidak tepat. Kata ganti ”–nya” pada kata perhatiannya tidak jelas. Oleh karena itu, kata ganti-”nya” harus diganti dengan kata nama diri, menjadi: Atas perhatian Saudara, kami ucapkan terima kasih.
Pada kalimat (8) terdapat penulisan kata dan singkatan yang tidak sesuai EYD, yakni kata dirubah dan s/d. Kata dirubah sebenarnya berasal dari kata dasar ubah, bukan rubah. Oleh karena itu, imbuhan di- + ubah menjadi diubah. Adapun singkatan sampai dengan yang benar adalah s.d. bukan s/d.
Penulisan gelar sarjana hukum (kalimat (9) adalah S.H. Gelar sarjana hukum ditempatkan di bagian belakang nama. Penulisan gelar di belakang nama menurut EYD harus diawali dengan tanda koma. Contoh:
(a) Dr. Tony, S.H.
(b) Sri Mulyani, S.Pd.
(c) Sugiman, B.Sc.
Penulisan ke-I dan ke-II pada kalimat (10) tidak tepat. Penulisan ke- harus diikuti denggan angka Arab. Apabila ingin menggunakan angka Romawi maka bentuk ke- tidak perlu dimunculkan. Misalnya:
(a) Pihak ke-1 dan pihak ke-2.
(b) Pihak I dan pihak II.
Diposkan oleh Widi Blog di 06.33 0 komentar
Label: Materi Bahasa Indonesia
Jumat, 23 Oktober 2009
DRAMA
Drama adalah bentuk karangan yang menggambarkan kehidupan dan watak manusia melalui tingkah laku yang dipentaskan.
Drama juga disebut seni pertunjukkan atau teater.
Sebagai seni sastra drama harus memenuhi syarat-syarat kesusastraan.
Sebagai seni pentas drama harus memperhatikan syarat-syarat pementasan.
Dalam naskah drama selain cerita dialognya bersifat naratif juga dilengkapi dengan petunjuk tentang keadaan panggung petunjuk gerak gerik pelaku dan sebagainya.
Unsur-unsur drama :
1. Tema
Tema merupakan pokok masalah yang mendasari suatu cerita.
2. Plot
Pemaparan atau eksposisi yaitu babak yang mengantarkan situasi awal.
Pengamatan atau konflikasi yaitu babak yang memunculkan pertikaian (klonflik).
Klimaks yaitu babak yang menjadi pucuk krisis.
Peleraian atau antiklimaks yaitu babak puncak krisis.
Penyelesaian yaitu babak akhir.
3. Tokoh
Tokoh adalah orang atau pelaku yang terlibat.
Tokoh terdiri dari tokoh utama dan tokoh sampingan.
Tokoh utama adalah tokoh yang paling sering muncul
Tokoh sampingan (tokoh pelengkap) adalah tokoh yang kehadirannya mendampingi tokoh utama.
4. Watak
Protagonis yaitu tokoh yang memegang peranan utama yang merupakan tokoh idaman.
Antagonis yaitu tokoh yang berperan sebagai pesaing atau penentang tokoh utama.
5. Latar
Latar merupakan waktu dan tempat terjadinya peristiwa.
6. Amanat
Amanat merupakan nasehat yang
Dialog
Beberapa ketentuan dialog drama adalah :
1. Dialog harus sesuai dengan konteks/ilustrasi dan memiliki pertautan dengan bagian sebelum maupun sesudahnya.
2. Dialog harus mendukung peran, mencerminkan apa yang tengah terjadi dalam lakon dan mengungkapkan pikiran serta perasaan para tokoh.
3. Dialog dalam drama harus lebih tertib dibandingkan dengan perkacakapan sehari-hari. Tidak boleh ada perkataan yang terbuang percuma. Para tokoh harus berbicara jelas dan seusuai dengan yang dimaksud dalam cerita.
4. Para tokoh bisa saja berimprovisasi di luar naskah yang telah ditentukan untuk menghidupkan suasana dan menjadikan dialog dalam cerita lebih wajar dan alamiah.
Macam-macam Drama :
1. Drama komedi yaitu drama yang diwarnai oleh suasana kegembiraan.
2. Drama tragedi yaitu drama yang diwarnai oleh suasana duka .
3. Drama tragedi komedi yaitu drama yang diwarnai oleh suasana kegembiraan dan suasana kesedihan.
4. hal 97
Memerankan Drama
Hal-hal yang perlu diperhatikan ketika memerankan drama antara lain adalah :
1. Pemahaman isi cerita atau naskah drama secara utuh.
2. Kemampuan menjelmakan baik dalam hal karakter maupun penampilan tokoh yang sesuai dengan cerita drama yang bersangkutan.
Diposkan oleh Widi Blog di 11.03 0 komentar
Label: Materi Bahasa Indonesia
Majas
Majas adalah gaya bahasa atau bahasa kias untuk melukiskan sesuatu dengan jalan membandingkan, mempertentangkan, mempertautkan, atau mengulangi katanya. Secara garis besar, majas-majas tersebut terbagi ke dalam majas perbandingan, pertentangan, pertautan, dan perulangan.
Jenis-Jenis Majas
1. ALEGORI
Adalah majas perbandingan yang bertautan satu dengan yang lainnya dalam kesatuan yang utuh.
Contoh :
Hati-hatilah kamu dalam mendayung bahtera rumah tangga, mengarungi lautan kehidupan yang penuh dengan badai dan gelombang.
Apabila suami-istri, antara nahkoda dan juru mudinya itu seia sekata dalam melayarkan bahtera, niscaya ia akan sampai ke pulau tujuan.
2. ALTILERASI
Adalah majas yang memanfaatkan kata-kata dengan bunyi awal yang sama.
Contoh :
Dara damba daku, datang dari danau.
Inilah indahnya impian, insan ingat ingkar.
3. ALUSIO
Adalah majas yang menunjukkan secara tidak langsung pada suatu tokoh atau peristiwa yang diketahui bersama.
Contoh :
Banyak korban berjatuhan pada perang dunia kedua.
Apakah setiap guru harus bernasib seperti Umar Bakri ?
4. ANTANAKLASIS
Adalah majas yang mengandung ulangan kata yang sama dengan makna yang berbeda.
Contoh :
Karena buah penanya yang kontroversial, dia menjadi buah bibir masyarakat.
Kita harus saling menggantungkan diri satu sama lain, kalau tidak kita telah menggantung diri.
5. ANTIKLIMAKS
Adalah majas yang menyatakan beberapa hal berturut-turut yang makin lama mkin menurun (melemah)
Contoh :
Bapak kepala sekolah, para guru, dan murid-murid sudah berada di lapangan upacara.
Gedung-gedung, rumah-rumah, dan gubuk-gubuk, semuanya mengibarkan bendara Merah Putih pada tanggal 17 Agustus.
6. ELIPSIS
Adalah majas yang di dalamnya terdapat penghilangan kata atau bagian kalimat.
Contoh :
Dia dan ibunya ke Tasikmalaya (penghilangan predikat pergi)
Lari ! (penghilangan subjek kamu)
7. HIPERBOLA
Adalah majas yang mengandung pernyataan yang berlebiha-lebihan dengan maksud untuk memperhebat, meningkatkan kesan dan pengaruh.
Contoh :
Saya terkejut setengah mati mendengar suara geledek itu.
Tubuhnya kurus kering setelah ditinggalkan oleh ayahnya.
Pekik merdeka berkumandang di angkasa.
Cita-cita anak itu setinggi langit.
8. INVERSI
Adalah majas yang dinyatakan oleh pengubahan susunan kalimat.
Contoh :
Paman saya wartawan → Wartawan, paman saya.
Dia datang → Datang dia.
9. IRONI
Adalah majas yang menyatakan makna yang bertentangan dengan maksud untuk menyindir atau memperolok-olok.
Contoh :
Bagus sekali rapormu, banyak benar angka merahnya.
Rajin sekali kamu, lima hari tidak masuk sekolah.
10. KIASMUS
Adalah majas yang berisi pengulangan sekaligus mengandung inversi.
Contoh :
Yang kaya merasa dirinya miskin, sedangkan yang miskin merasa dirinya kaya.
Dalam kehidupan ini banyak orang pintar yang mengaku bodoh, dan orang bodoh banyak yang merasa dirinya pintar.
11. KLIMAKS
Adalah majas yang menyatakan beberapa hal berturut-turut yang makin lama mkin menghebat (merupakan kebalikan dari majas antiklimaks).
Contoh :
Semua jenis kendaraan, mulai dari sepeda, motor, sampai mobil berjejer memenuhi halaman parkir gedung serba guna.
Baik itu RT, kepala desa, camat, bupati, gubernur bahkan presiden memiliki kedudukan yang sama di hadapan Tuhan.
12. LITOTES
Adalah majas yang ditujukan untuk mengurangi atau mengecilkan kenyataan sebenarnya dengan tujuan untuk merendahkan diri.
Contoh :
Kami berharap Anda dapat menerima pemberian yang tidak berharga ini.
Gajiku tak seberapa, hanya cukup untuk makan anak dan istri.
Pertolongan apakah yang Anda harapkan dari saya yang lemah dan bodoh ini ?
Terimalah bingkisan yang tidak tidak berarti ini.
13. METAPORA
Adalah majas perbandingan yang diungkapkan secara singkat dan padat.
Contoh :
Dia dianggap anak emas dalam keluarganya.
Perpustakaan adalah gudang ilmu.
Raja siang keluar dari ufuk timur.
14. METONIMIA
Adalah majas yang memakai nama ciri atau nama hal yang ditautkan dengan nama orang, barang, atau hal lainnya sebagai penggantinya. Kita dapat menyebut pencipta atau pembuatnya jika yang kita maksudkan adalah ciptaan atau buatannya. Dapat pula kita menyebut bahan dari barang yang dimaksud.
Contoh :
Para siswa senang sekali membaca Andrea Hirata.
Dalam pertandingan kemarin Indonesia memperoleh perunggu, sedangkan Singapura memperoleh perak.
Ayang baru saja membeli Zebra padahal saya ingin Kijang.
15. OKSIMORON
Adalah majas yang antar bagian-bagiannya menyatakan sesuatu yang bertentangan.
Contoh :
Nuklir dapat menjadi pemusnah masal, tetapi juga dapat mensejahterakan kehidupan umat manusia.
Yang tetap dalam dunia ini adalah perubahan.
Api dapat menjadi kawan atau lawan.
16. PARARELISME
Adalah majas perulangan sebagaimana halnya repetisi, hanya disusun dalam baris yang berbeda. Biasanya terdapat dalam puisi.
Contoh :
sunyi itu duka
sunyi itu kudus
sunyi itu lupa
sunyi itu lampus
17. PERSONIFIKASI
Adalah majas yang membandingkan benda-benda tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat seperti manusia.
Contoh :
Badai mengamuk dan merobohkan rumah penduduk.
Daun kelapa melambai-lambai di tepi pantai.
Awan hitam menebal diiringi halilintar bersahut-sahutan.
Bel sekolah memanggil-manggil para siswa untuk masuk ruangan.
18. REPETISI
Adalah majas perulangan kata-kata sebagai penegasan.
Contoh :
Selamat datang pahlawanku, selamat datang pujaanku, selamat datang bunga bangsaku.
19. RETORIS
Adalah majas yang berupa kalimat tanya yang jawabannya itu sudah diketahui oleh penanya. Tujuannya untuk memberikan penegasan pada masalah yang diuraikan, atau menyakinkan, ataupun sebagai sindiran.
Contoh :
Siapa yang tidak ingin hidup bahagia ?
Apa ini hasil pekerjaanmu selama bertahun-tahun ?
20. SINEKDOKE
Adalah majas yang menyebutkan nama bagian sebagai pengganti nama keseluruhannya atau sebaliknya. Majas ini terbagi menjadi dua jenis yaitu :
1. Pars pro toto (sebagian untuk seluruhnya)
Yaitu kalau yang disebutkan sebagian dari suatu benda maka yang dimaksudkan adalah benda itu secara keseluruhan.
Contoh :
Paman saya mempunyai atap di Jakarta.
Sampai sore ini dia belum kelihatan batang hidungnya.
Kami akan membeli tiga ekor ayam untuk lebaran nanti.
2. Totem pro parte (seluruh untuk sebagian)
Yaitu dengan menyebutkan keseluruhan, maka yang dimaksud hanya sebagian saja.
Contoh :
Indonesia meraih medali emas dalam kejuaraan bulutangkis.
Sekolah kami meraih juara pertama dalam pertandingan sepak bola.
21. SINISME
Adalah majas yang menyatakan sindiran secara langsung.
Contoh :
Perkataanmu sangat menyebalkan. Kata-kata itu tidak pantas disampaikan oleh orang terpelajar seperti kamu !
Bisa-bisa aku jadi gila melihat kelakuanmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar